Awal Tahun 2021 dibuka dengan
berpulangnya bibiku yang telah berjuang lama melawan kanker payudaranya. Tepat
di hari Jumat, pukul 10.00 beliau berpulang. Diringi tangis dari langit,
gerimis menghapus air mata di pipiku sepanjang perjalanan ke pemakaman.
Sementara itu, tangis ibuku yang kehilangan kakak perempuan satu-satunya
membuatku merasa dunia sedang menekanku ke titik kesedihan mendalam. Tapi
itulah hidup, tentang meninggalkan dan ditinggalkan.
Selang beberapa hari kemudian,
kabar duka menyelimuti negeri. Pesawat Sriwijaya Air dengan kode SJ182 Jakarta –
Pontianak mengalami crash, dan jatuh di kepulauan seribu. Ada lebih dari 50
orang di dalamnya termasuk kru. Keluarga penumpang dan kru pesawat berduka seketika. Kejadian yang jauh dari perkiraan mereka. Tumpah sudah kesedihan di keluarga yang ditinggalkan.
Awal tahun yang penuh duka, tidak
hanya dengan keluargaku, tapi duka pun menghampiri keluarga korban. Kehilangan
tiba-tiba salah satu keluarga itu suatu hal yang menyesakkan dada. Perasaan
tidak percaya, menolak kenyataan adalah yang dirasakan kami yang baru saja
kehilangan. Kenangan akan keberadaan mereka masih berbekas jelas. Dan itu tidak bisa dilupakan dengan seketika.
Air mata rasanya tidak akan cukup
untuk menumpahkan apa yang menumpuk di dalam dada. Semakin ditumpahkan, semakin
sesak dirasakan. Kehilangan orang yang dicintai adalah pukulan telak dari kehidupan, yang menyadarkan kita semua bahwa hidup kita pun akan segera berakhir.
Ya, kehilangan orang tercinta bukan
suatu hal yang mudah. Bayang-bayang akan sosoknya, kebiasaannya, akan terus
menancap dalam di pikiran orang-orang yang ditinggalkan. Hanya waktu yang
pelan-pelan memudarkan semua itu dan Tuhan akan terus menguatkan kami yang
ditinggalkan orang-orang tercinta di awal tahun 2021.
Tuhan, kuatkan kami, tambahkan
keimanan kami, sebab kami tahu, semua adalah kehendakMu.