Hai
gaes, balik lagi nih sama si Oblong yang masih merindukan jodohnya yang entah
kapan datang. Kali ini Oblong mau nulis tentang keresahan selama ini kalau pas
lagi buka sosial media. Kita tau sendiri kan kalau media sosial itu udah layaknya
kebutuhan primer. Seperti nasi, berasa gak makan kalau gak pakai nasi. Dan
berasa belum hidup kalau gak buka sosial media dalam sehari. Perkembangan
sosial media itu pesat banget seiring berkembangnya teknologi. Duh, jadi
keingat waktu HP masih jadul, yang barter ringtone aja harus lama karena pake
infra red. Masa di mana ngecas HP sekali, dipakainya berhari-hari.
Kalian
berasa gak sih kalau sosial media sekarang ini lebih banyak jadi tempat share
berita hoax, menghasut dan menyebar kebencian. Orang semaunya aja nulis di
sosial media yang mereka punya tanpa memperhatikan akibat dari tulisannya itu.
Mereka gak tahu kalau sosial media itu bisa jadi konsumsi publik yang artinya
bisa dilihat siapa saja. Dan ketika kita menuliskan sesuatu yang membuat orang
lain sakit hati, secara tidak langsung kita sudah melakuan hal yang gak terpuji.
Misalnya, suka jelek-jelekin presiden, suka nyinyirin gubernur, suka
nyindir-nyindir mantan. Tentunya hal itu bikin mata jadi sepet kalau pas buka
sosmed. Kita yang niatnya buka sosmed biar bisa saling tegur sapa sama teman
lama malah jadi naik darah. Nah untuk itulah, kali ini Oblong mau ngebahas
apa-apa aja sih yang menurut Oblong bikin males buka sosial media, biar nanti
kita bisa hati-hati kalau mau posting sesuatu. Yuk disimak satu persatu, semoga
sependapat dan memberikan manfaat.
1.
Banyak berita hoax
Kamu
sering gak sih lihat berita hoax yang dishare dengan mudahnya oleh temen-temen
kamu. Berita yang gak jelas juntrungannya, yang gak jelas sumbernya dari mana.
Misalnya berita, “Arti Pokemon adalah Aku Yahudi.” atau berita, “Seorang PNS
mengusir juru ketik di kota Semarang atas perintah gubernur.” Padahal di
fotonya jelas-jelas adalah orang India. Mungkin suatu saat akan ada berita hoax
model gini, “Ditemukan, cara baru buat boker gak lewat dubur.” Atau mungkin
berita, “Karena sudah jomblo lama dan gak diperhatikan, seorang pemuda membunuh
pacarnya.”
Sudah
barang tentu, berita beginian yang bikin kita males buka sosial media terutama
facebook. Berita model gini sering banget muncul di sosmed dan bikin kita
pengen jitak kepala orang yang share sambil bilang, “Punya otak tuh dipake.”. Yang
sedihnya, kebanyakan dari kita secepat kilat membagikan berita itu tanpa
membaca dulu isinya. Kita hanya baca judulnya lalu seolah-olah kita sudah tau
isi beritanya. Padahal jaman sekarang, judul berita sering gak nyambung dengan
isinya. Judulnya bombastis padahal isinya biasa aja. Terlalu banyak orang yang
entah bodoh, males mikir atau memang gak kritis terhadap suatu hal. Padahal
efek dari share berita itu bisa aja menimbulkan prasangka buruk, perdebatan
sengit bahkan bisa berujung fitnah. Dan bener kalau ada anggapan yang bilang, “Ada
yang lebih cepat dari cahaya, orang idiot share berita hoax.” Semoga aja kamu
enggak seperti ini.
2.
Berita Politik
Salah
satu hal yang paling banyak orang temuin saat ini di media sosial adalah berita
politik. Kalau berita politiknya untuk menambah informasi sih oke-oke aja. Tapi
sayangnya, berita yang sekarang banyak beredar bukan berita informatif, melainkan
berita politik cenderung provokatif, mengadu domba, menghasut serta mengarah ke fitnah. Sumbernya
pun dari website abal-abal yang gak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Sudah
pasti, tulisan itu akan berpihak ke salah satu golongan, membuat pencitraan
untuk golongan yang didukung lalu membuat fitnah untuk golongan yang
berseberangan. Hasil dari berita politik abal-abal itu bikin orang berdebat dan
saling hina di kolom komen berita. Kalau begini terus, percaya deh Indonesia
gak akan maju-maju.
Dulu
waktu negara api belum menyerang, media sosial begitu asyik buat dipake “say
hello” ke temen-temen lama yang jauh di sana. Dengan mudahnya kita memposting
hal-hal yang membuat kita merasa bahagia. Namun kini, ketika berita politik
yang gak jelas bermunculan, bukan berita bahagia yang kita dapatkan, tapi komentar
caci maki yang bertebaran. Lihat saja, sejak pemilu pilpres tempo hari sampai pilgub
saat ini, masih banyak orang yang bersebarangan meski mereka dulunya teman dekat.
Perang komentar di mana-mana seolah-olah kita yang paling benar. Dan terkadang,
mereka berkomentar negatif yang bisa menyakiti hati kita yang membacanya. Dulu
media sosial bikin kita bahagia karena kita bisa berbincang dengan teman lama,
tapi sekarang media sosial bikin kening berkerut-kerut, membuat kita enggan
menyapa teman yang berbeda pandangan. Belum lagi kalau ada berita politik yang menyerang
jagoan kamu, entah itu presiden atau gubernur, pasti bikin darah kamu seketika
naik ke ubun-ubun. Begitupun sebaliknya.
3.
Spamming
Pernah lihat temen share gambar porno padahal dia sendiri gak tau, atau baca postingan yang begini, “Ucapin Amin ya biar kamu masuk surga.”, “Ucapin Amin ya biar besok rezeki kamu banyak
seperti ini.”. Waduh, kalau mau masuk surga harusnya beribadah yang banyak,
beramal yang banyak, bukan ketik-ketik amin tapi gak ngapa-ngapain. Kalau mau
punya uang banyak, cepetan matiin HP, kerja yang giat trus nikahin anak orang
kaya. Ada lagi nih yang bikin Oblong geleng-geleng kepala sama netter yang
entah di mana otaknya. Sebuah postingan yang gambarnya cewek-cewek lagi mandi
di kali yang airnya menutupi dada, kemudian keterangnnya ditulis, “Coba kamu
ketik angka 1 di komentar, maka airnya akan surut.” Dan ketika Oblong tulis
angka 1 di kolom komentar, Waaat de fakkkkk?! Gak ada apa-apa tuh. Sial, Oblong
dibohongin. -____- Please deh, HP boleh smartphone tapi otak juga harus smart.
Mungkin
ada di antara kalian yang gak tau kalau postingan semacam itu adalah cara
mereka mengambil “like” kamu. Nantinya, postingan itu mereka edit kemudian
dipasang iklan biar terkesan bahwa iklan itu banyak yang like. Itu adalah
bisnis terselubung dari postingan yang bikin banyak orang iba. Jadi, mulai dari
sekarang berhati-hatilah kalau mau ngasih like di postingan yang gak jelas.
4.
Kelakuan Bocah
Pernah
lihat foto presiden yang pakai pakaian adat terus jadi bahan bullyan di media
sosial? Sudah pasti pernah lihat dong. Nah, kalau yang ini bukan bocah yang
ngelakuin, tapi kebanyakan orang gede yang kelakuannya kek bocah. Dan lucunya
lagi, mereka yang menertawakan itu gak paham seluk beluk adat di sana. Bagi
pembenci presiden, hal ini bisa buat mereka terbahak-bahak, tapi bagi yang
mencintai presidennya tentunya hal ini bikin gerah hati. Kemudian apa yang
terjadi, saling sindir, saling hina, saling debat pun bermunculan. Padahal
semestinya hal itu gak mesti terjadi di negara kita yang “katanya” punya sopan
santun, ramah dan adat istiadat yang kuat.
Di
era internet ini, kita begitu mudah dihasut dan begitu gampangnya sakit hati.
Kenapa bisa demikian, karena kita gak bisa menyaring berita apa yang mestinya
kita baca atau tidak kita baca. Ini ibarat rumah, kalau rumah kita dikotori
sama orang lain pasti kita marah, tapi kenapa otak kita dikotori sama berita
kebencian, berita fitnah, berita bohong, kita gak marah-marah sama sekali ke
pembuatnya, bahkan cenderung menikmatinya. Belum lagi, kita sering ikut-ikutan
grup “10jt rakyat pendukung gubernur” atau “100M penduduk indonesia lengserkan
presiden” Yang sudah pasti isi di dalamnya adalah berita yang saling
menjelek-jelekkan dengan dalih mengkritisi. Kita boleh saja tidak suka sama
seseorang, tapi bukan berarti kita berhak menghinanya. Kita boleh saja tak
seagama, tapi bukan lantas dengan mudahnya kita mengkafirkan seseorang.
5.
Intelorensi
Baru-baru
ini ada video yang diposting mengenai ajakan untuk tidak memilih pemimpin
kafir, dari yang katanya “mahasiswa S2” Universitas Indonesia. Di video itu dia
dengan semangatnya mengajak para muslim untuk menolak pemimpin kafir. Dengan
lantangnya dia mengucapkan kata-kata itu seakan-akan hanya Tuhan yang dia
takuti. Tapi lucunya, ketika video tersebar di sosial media dan mengancam
kelangsungan pendidikannya, eh dianya buru-buru menulis surat pernyataan meminta
maaf yang bermaterai. Ternyata bukan Tuhan saja yang dia takutkan, tapi kertas
bertuliskan Drop Out pun dia takutkan juga. Lalu ada lagi salah satu mahasiswa
yang membuat video serupa, ketika diwawancarai oleh salah satu media online ternama,
mahasiswa itu bilang, “Kalau kita bilang China, baru itu SARA. Tapi kala Kafir,
itu bukan SARA.” Astaga, sebatas itukah penalaran mahasiswa jaman sekarang.
Mungkin dia gak tau kala SARA itu singkatan dari Suku, Agama, Ras dan Antar
golongan. Mungkin dia taunya SARA itu singkatan dari Suku Ama Ras Aja.
Kita
tinggal di negara yang beragama bukan negara agama. Kita tinggal di negara yang
mana beberapa agama hidup berdampingan. Oleh karena itu, setiap orang punya hak
untuk memilih dan dipilih. Itu sudah dijamin oleh negara. Kalau demikian, lalu
kenapa kita lupa bahwa negara ini dibangun atas dasar pancasila dan UUD 1945. Bukankah
di agama juga kita diajarkan untuk tidak saling menyakiti sesama manusia.
Banyak
orang belajar agama tapi untuk menilai orang lain, bukan untuk menilai dirinya
sendiri. Banyak orang belajar agama agar bisa memberi nasihat ke orang lain,
tapi lupa menasihati diri sendiri. Banyak orang belajar agama untuk menunjuk
orang lain, tapi lupa menunjuk diri sendiri. Mungkin itulah kenapa kita butuh
banyak cermin, bukan untuk melihat orang lain tapi melainkan melihat diri
sendiri.
Itulah
tadi beberapa hal yang bisa bikin kita males buka sosmed versi Oblong. Dan
sebenarnya masih ada banyak lagi yang bisa bikin kita males buka sosial media,
misalnya mantan suka posting foto pacar barunya, mantan makan malam sama pacar
barunya, mantan tambah cantik dan ngangenin, mantan naik ke pelaminan
Duarrr..... Oke sekian dulu tulisan oblong kali ini, semoga bermanfaat. Sampai
jumpa di tulisan berikutnya.