Pagi, 12 Agustus 2014 waktu Indonesia, gue seketika
kaget mendengar kabar meninggalnya aktor Robin Williams (11 Agustus 2014 waktu
AS), salah satu aktor favorit gue. Kabar itu gue dapet dari beberapa teman yang
ngetwit #RIPRobinWilliams di timeline. Awalnya gue gak percaya, ah mungkin ini
berita hoax, berita iseng kerjaan orang-orang yang gak bertanggung jawab
seperti yang udah-udah. Tapi pas searching di google dan masuk ke salah satu
portal berita ternama, damn….! berita itu benar adanya. Seketika gue ngerasa
hari itu menjadi abu-abu. Gue nyesek, gak percaya. Padahal gue punya mimpi,
suatu saat gue pengen salaman dan foto bareng dengannya. :’(
Dia memang bukan siapa-siapa gue, kenal juga enggak,
tapi aktingnya di beberapa film membuat pengaruh besar dalam kehidupan gue.
Masa remaja gue yang masih dalam pencarian jati diri selalu diisi dengan
keceriaan film-filmnya. Hubungan gue sama bokap yang waktu itu gak harmonis
membuat gue gak betah di rumah dan lebih menghabiskan waktu menonton film di
bioskop. Saat menonton film di bioskop, gue ngerasa memiliki kehidupan lain,
gue ngerasa berada di film itu dan tidak di dunia nyata. Dan dari banyaknya
film yang gue tonton di bioskop, beberapa di antaranya adalah film beliau. Saat
gue nonton film Mrs. Doubtfire di rumah seorang teman, gue sempat mikir, duh
enak ya kalau punya bokap kayak di film itu, bisa jadi temen ngobrol, temen
curhat dan temen bercandaan, bukan seorang bokap yang punya jarak sama
anak-anaknya. Setelah nonton film itu
gue berjanji jika suatu saat nanti gue punya anak, gak akan gue buat jarak
kepada mereka. Gue mau anak-anak gue nanti menjadikan gue bukan cuma sebagai
ayahnya, tapi juga sahabatnya.
Beliau menghibur tapi juga menginspirasi banyak
orang, bahkan gak sedikit komika di negeri ini, mungkin di dunia juga yang
belajar darinya bagaimana menjadi seorang stand up comedian. Dan yang
mengenaskan bagi gue, yang agak gue sesalkan adalah kenapa beliau meninggal
karena bunuh diri. Yang menurut beberapa sumber, beliau gantung diri memakai
sabuk. Sebagai manusia biasa, gue gak habis pikir bagaimana seorang yang
dicintai banyak orang bisa menghabiskan nyawanya sendiri. Teman gue yang
seorang dokter pernah bilang, seorang yang mengalami depresi cenderung akan
mengakhiri hidupnya ketimbang sembuh. Tapi tetap saja gue masih gak terima
dengan keputusannya. Apakah beliau tidak memikirkan bagaimana perasaan
orang-orang terdekatnya, keluarganya, istrinya, anak-anaknya. Apalagi Robin
Williams adalah seorang aktor yang terkenal di seluruh dunia, pasti akan banyak
hati yang bersedih mendengar kabar ini. Akan ada banyak orang-orang yang
mencintainya akan kehilangan sosok panutan, termasuk gue. :’( Meski begitu,
Robin tetaplah manusia, yang akan ada masa-masa tersulit dalam hidupnya, dan
mungkin ini jalan terbaik baginya.
Selama membaca berita itu, gue langsung keinget
dengan sebuah senyum tipis yang pernah gue lihat pertama kali di film Jumanji.
Film yang gue tonton waktu baru aja lulus Sekolah Dasar. Itu adalah salah satu
film favorit gue, yang sampai sekarang kalau film itu diputer di televisi, gue
bakal nonton sampai habis. Entah sudah berapa kali gue nonton film itu dan gak
akan pernah bikin gue bosen. Film Jumanji berkesan banget bagi gue, film ini
pertama gue tahu dari acara cinema-cinema di salah satu televisi swasta. Dan
demi bisa nonton film Jumanji, gue nabung beberapa hari sambil hampir setiap
hari ngecek di bioskop apakah filmnya sudah tayang atau belum. Sepulang
sekolah, gue sempatkan mampir sebentar ke bioskop yang kebetulan gak jauh dari
tempat gue sekolah. Akhirnya setelah beberapa bulan, gue pun kesampaian buat
nonton filmnya di bioskop murah yang kursinya terbuat dari triplek.
Semenjak nonton film itu, gue mulai ngefans sama
beliau. Tokoh-tokoh yang diperankan Robin Williams selalu berbeda-beda walau
kebanyakan adalah komedi. Dari film-filmnya, gue belajar banyak hal, mulai dari
perjuangan hidup, bagaiman menikmati kehidupan dan bagaimana cara berdamai
dengan kenyataan. Mrs. Doubtfire adalah film yang membuat gue tertawa geli,
yang mengajarkan bahwa banyak cara untuk mewujudkan apa yang kita inginkan dan
tentunya betapa pentingnya sebuah keutuhan keluarga. Sementara dari film Good
Will Hunting gue belajar arti pentingnya sebuah tujuan hidup. Untuk mengenang
beliau, semalam gue nonton lagi dua filmnya One Hour Photo dan Good Will
Hunting. Dan sepanjang filmnya, gue terharu, sedih beliau sudah pergi. Gak akan
ada film-film yang akan dibintanginya lagi. :’(
Sedih memang melihat di penghujung kehidupannya,
beliau mencoba untuk keluar dari kebiasaan buruknya yang seorang alkoholik,
beberapa kali keluar masuk rehabilitasi, berjuang selama puluhan tahun. Dan
pada akhirnya, beliau menyerah, memutuskan untuk menghabisi hidupnya sendiri di
usianya yang ke 63 tahun. Mungkin ini jalan yang terbaik baginya walau tindakan
itu jelas sekali mengecewakan banyak orang.
Terlepas dari semua itu, gue mengagumi
karya-karyanya selama ini. Dan dengan karya-karyanya itulah gue tumbuh besar.
Seperti pepatah mengatakan “Manusia mati meninggalkan nama” itulah Robin
Williams sekarang. Dan di balik sebuah nama besar seorang Robin Williams,
beliau meninggalkan karya-karya besar yang akan dikenang sepanjang masa oleh
banyak orang.
Dari kematiannya akan banyak hal yang dirindukan
penggemarnya, aktingnya, stand up-nya, dan senyum khasnya. Akan sulit menemukan
seorang komedian seperti beliau. Beliau tak akan bisa tergantikan, sampai kapan
pun. Lewat kejadian ini beliau mengajarkan kita satu hal bahwa gak semua
kepedihan harus ditunjukkan, adakalanya ia harus dibungkus dalam tawa.
Robin Williams mampu membuat banyak orang tertawa,
mengajak banyak orang untuk melupakan sejenak masalah hidup dari film-film yang
dibintanginya. Robin Williams sudah memberikan inspirasi bagi orang lain dan
itu akan dikenang selamanya. Meski pada akhirnya, beliau lupa untuk membuat
dirinya tertawa. Tapi di sana, di kehidupan yang lain, beliau telah tertawa
lepas dan melepas semua beban hidupnya.
Selamat jalan Robin Williams, Rest in peace…! Dari
penggemarmu, yang akan selalu mengenangmu. Oblong. :’(