Merantau? Siapa Takut..




Halo, apa kabar gaes, ketemu lagi nih sama Oblong, jomblo yang selalu dikangenin mantan (re: ngangenin mantan). Gimana libur panjangnya? Ketemu pujaan hati gak di kampung halaman? Atau malah ketemu mantan yang sudah punya momongan? Kalau iya, hidup memang suka begitu, mantan suka kasih kejutan.
Setelah satu minggu menikmati libur hari raya. Liburan akhirnya tuntas. Rindu kampung halaman pun pastinya sudah kelar juga. Hanya saja, mungkin kangen mantannya yang gak pernah kelar-kelar. Trus apa selanjutnya? Ya, saatnya orang-orang kembali ke rutinitasnya, yang kerja mulai kerja, yang sekolah pergi sekolah, yang kuliah pergi ke kampus, sementara yang jomblo terus berharap segera menemukan pasangan hidupnya.
Ada dua kesedihan yang muncul saat musim mudik habis, pertama sedih karena harus pergi meninggalkan kampung halaman, yang kedua sedih karena uang THR di dompet tinggal ekstraknya aja sementara gajian hilalnya belum kelihatan. Kalau kamu sedih yang mana? Jangan bilang, “Sedih karena hati masih kosong.”ya?!


Seperti biasa, kesibukan bakal terlihat lagi di jalan-jalan, di kantor-kantor, di sekolah-sekolah, di pasar-pasar, dll. Tapi ada sesuatu yang selalu ada ketika orang-orang kembali ke tanah perantauan, yaitu jumlah penduduk tiba-tiba bertambah lebih banyak. Urbanisasi terjadi di mana-mana, terutama kota besar. Orang-orang yang balik kampung, kembali ke kota membawa sanak sodara. Menambah daftar panjang penduduk. Dan gak sedikit yang berujung menjadi pengangguran dan malah jadi beban pemerintah. Gak ada salahnya untuk ikut mencari peruntungan di tanah perantauan, asalkan kamu sudah siap untuk melakukannya.
Nah, di tulisan Oblong kali ini ngebahas tentang bagaimana supaya kamu bisa siap di tanah perantauan, yang notabene kamu harus siap menerima segala kemungkinan yang bakal terjadi. Baik itu kemungkinan baik maupun kemungkinan buruk.
Mungkin ada di antara kalian yang membaca blog ini adalah orang yang ingin merantau untuk mendapatkan perubahan hidup. Daripada nganggur di kampung yang kerjaannya cuma mikirin pacar, ngangenin pacar, tapi pacarnya orang lain. Ada baiknya merantau ke kota buat nyari pekerjaan, biar punya banyak uang terus pulang-pulang bisa ngelamar pacar orang, ehh. Buat kamu yang mau memutuskan untuk merantau biar bisa merubah nasib, Oblong berikan saran agar kalian bisa betah di tanah perantauan dan mudah-mudahan sih bisa sukses, biar bisa membahagiakan orangtua sekaligus calon mertua. Tapi sebelum dibaca, coba siapin kopi, roti dan selembar foto pacar (kalau punya), biar tambah semangat saat baca tulisan ini. Yuk disimak dengan seksama gaess...!

1.   Siapkan Mental


Tinggal di perantauan itu seringnya gak seindah apa yang kamu bayangkan saat masih di kampung halaman. Apa yang kamu lihat dari teman-teman kamu yang baru pulang merantau, terkadang tidaklah seperti apa yang kamu kira. Membawa barang-barang mewah, seperti mobil baru, gadget baru, panci baru, kekasih baru. Itu biasanya dicapai dari sebuah kerja keras yang gak bisa setiap hari kamu lihat. Kamu hanya melihat dia sekarang, dia hebat, dia sukses tapi gak melihat proses kenapa dia bisa jadi seperti itu. Dan kamu pun senang melihat hal itu, dan tentunya ingin seperti itu. Tapi apa yang terjadi kalau kamu gak siap dengan prosesnya, kamu bakal kecewa. Gak sedikit juga orang yang pulang kampung membawa barang-barang mewah tapi hasil sewaan, atau hasil ngutang sana-sini demi gengsi. Terus dia cerita kalau sudah sukses di kota tapi nyatanya hidupnya ngeblangsak, setiap hari makan mie instan, hutang di sana-sini, dsb. Jadi hati-hati melihat sesuatu, sebab yang terlihat itu belum tentu kebenaran.

Hidup di perantauan bisa berbalik 180 derajat dari apa yang kamu bayangkan. Dulu, waktu Oblong merantau ke Jakarta, yang ada di benak Oblong adalah bisa bekerja kantoran di salah satu gedung tinggi di ibu kota. Tapi apa yang terjadi, harapan tinggallah harapan, bukan pekerjaan kantoran yang Oblong dapetin, tapi bekerja sebagai buruh pabrik kayu. Jadi siapkan mental ketika kehidupan di tanah perantauan, karena kenyataan bisa jadi tidak seperti apa yang kamu harapkan.

2.      Tentukan Tujuan


Langkah kedua sebelum merantau adalah tentukan tujuan, tujuan ini maksudnya tujuan kamu mau merantau ke mana? Dan tujuan merantau itu untuk apa? Mau ke Jakarta, Bandung, Surabaya, atau mungkin mau ke negeri tetangga. Pastikan kamu tahu tujuannya, karena jangan sampai pas kamu merantau tapi gak tau tujuannya, eh tiba-tiba kamu malah nyampenya di hati mantan. Kan, jadi gak asyik kalau begini ceritanya.
Menentukan tujuan itu penting, karena di sana kamu bakal hidup cukup lama dengan tantangan yang ada. Setiap kota punya tantangannya. Kalau di Jakarta, kamu bakal ketemu yang namanya macet naudzubillah, tapi gaji UMR nya gede. Atau kamu pilih ke Bandung yang banyak makanan enaknya tapi gaji di sana tidak sebesar di Jakarta. Atau mungkin kamu mau jadi TKW di Taiwan yang gajinya gede tapi jauh banget dari keluarga dan gak bisa pulang kampung setiap tahun. Tujuanmu adalah pilihanmu.
Kamu juga harus menentukan alasan kuat kenapa kamu mau merantau. Entah itu karena ingin dapet pengalaman baru, ingin punya pekerjaan tetap, ingin merubah nasib, ingin melanjutkan pendidikan, atau ingin ngumpulin uang buat nikah. Hal ini penting, biar kamu gak buang-buang waktu selama di tanah perantauan.
Waktu Oblong pertama kali merantau, Oblong sudah punya kota tujuan, yaitu Jakarta. Oblong pun sudah punya rencana mau ngapain nanti di sana. Di Jakarta, bakal kerja, ngumpulin duit terus lanjut kuliah, sebab orangtua cuma bisa biayain pendidikan sampai SMA aja. Dan alhamdulillah, semua itu terwujud. Seandainya Oblong gak punya tujuan buat apa merantau ke Jakarta, mungkin Oblong udah jadi gembel di sekitaran Monas. Jadi, menentukan tujuan dan alasan itu penting gaes. Tapi alasannya pun harus yang bener ya. Kalau merantau cuma buat nyari gengsi, buat senang-senang aja atau buat jauh dari orangtua karena bosan diceramahin terus. Mending gak usah merantau deh. Nanti ujung-ujungnya bakal bikin kamu kecewa.

3.      Dapatkan Pekerjaan Secepatnya


Kebanyakan orang yang merantau itu karena ikut ajakan teman atau sanak famili. Dan untuk sementara waktu pastinya hidupnya bakal numpang dengan mereka. Untuk numpang beberapa hari, beberapa minggu mungkin gak jadi masalah, tapi akan ada masalah ketika kamu gak kunjung mendapatkan pekerjaan berbulan-bulan sementara uang simpenan kamu mulai menipis. Apa jadinya kalau kamu terus menganggur sementara kamu masih numpang dengan mereka, yang ada kamu bisa ditendang, dibiarin jadi gelandangan. Jadi, ketika sampai di perantauan, secepatnya kamu dapetin pekerjaan. Jangan pilih-pilih, jangan gengsi, jangan takut capek, jangan berharap gaji langsung gede. Terima aja pekerjaan yang disodorkan sama teman atau sanak famili. Selama itu “HALAL”, ambil aja. Nanti kalau kamu sudah punya penghasilan sendiri, punya simpenan, baru deh cari-cari pekerjaan lain yang lebih baik dari apa yang kamu sudah dapetin sekarang.

4.      Berhemat


Hidup di perantauan, terutama kota-kota besar itu harus pinter berhemat/nabung. Kalau kamu gak pinter nyimpen uang, gaji kamu bakalan habis dirampok sama mall-mall, cafe-cafe ngetop tempat tongkrongan anak gaul. Kamu juga bakal digoda sama barang-barang “Wah” yang belum tentu kamu butuhin, misalnya HP canggih seharga 12jt, sepatu bagus seharga 4jt, pakaian branded seharga ratusan ribu dan lain sebagainya. Kehidupan dan pergaulan di kota besar itu juga penuh gengsi, kalau kamu kemakan gengsi, dijamin gaji sebesar apa pun gak akan cukup buat nutupin semua rasa gengsi kamu. Gak usah iri sama temen kamu yang setiap bulan ganti gadget, bisa beli kendaraan keren. Terimalah diri kamu apa adanya, biar hidup gak tambah beban.
Belajarlah berhemat, belanjakan uang untuk kebutuhan, bukan buat beli keinginan. Rajin-rajin menabung untuk bekal buka usaha atau buat jaga-jaga kalau tempat kamu kerja tiba-tiba bangkrut, atau kamu dipecat, atau mungkin untuk biaya berobat jika tiba-tiba kamu jatuh sakit. Sisihkan juga gaji buat orangtua di kampung. Meski mereka gak minta, tapi kasih uang ke orangtua itu sudah seharusnya dilakukan seorang anak. Gak usah foya-foya hanya buat kesenangan sesaat, karena nanti ujung-ujungnya bakal nyusahin diri sendiri. Percaya deh.

5.      Cari Peluang Baru


Hidup di kota besar itu memang banyak peluang yang bisa kita ambil, entah itu peluang pekerjaan baru atau pun peluang usaha. Misalnya kamu sedang bekerja dan menemukan sebuah peluang yang menurutmu bagus, entah itu peluang bisnis, atau peluang pekerjaan baru yang menjanjikan. Pikirkan secepat mungkin peluang itu, segera ambil keputusan sekiranya hal itu menguntungkan, sebab peluang seringnya perginya begitu cepat dan gak datang dua kali. Kebanyakan dari kita terlalu takut mengambil risiko, sehingga seringnya membuang-buang peluang di depan mata. Alhasil, kehidupannya gak berubah-berubah setelah sekian tahun berusaha. Kebanyakan orang itu takut buat ngambil peluang karena dia melihat sesuatu dari sisi negatifnya aja. Mereka berpikir, “Gimana kalau pekerjaan itu gak sebaik yang sekarang saya punya.” Atau berpikir, “Gimana kalau gagal, gimana kalau bangkrut.” Mereka jarang berpikir sisi baiknya, “Gimana kalau pekerjaannya bagus, gajinya lebih besar.” Atau “Bagaimana kalau Sukses, bagaimana kalau saya berhasil. Pasti kehidupan jadi jauh lebih baik.”
Oblong punya teman waktu jadi buruh pabrik, dia cerita kalau dulu pernah ditawarin bekerja di perusahaan yang baru merintis. Dia dan temannya ditawarin posisi yang lebih baik. Tapi sayangnya dia gak ngambil kesempatan itu dengan alasan, “Gimana kalau perusahaan itu gak berkembang, kemudian bangkrut.” Sementara temannya berpikir, “Gimana kalau perusahaan itu maju dan berkembang menjadi besar.” Dan apa yang terjadi setelah 15 tahun. Temen Oblong kehidupannya masih seperti itu sementara temannya tadi kehidupannya jauh lebih baik. Punya rumah sendiri, kendaraan sendiri dan pastinya posisi pekerjaan yang lebih tinggi dari sebelumnya.

6.      Kejar Impian


Jangan lupa, ketika kamu tinggal di perantauan, jangan takut untuk bermimpi setinggi-tingginya. Karena dengan mimpi, segala usaha yang kamu jalanin terasa lebih menyenangkan dan menggairahkan. Orang yang takut bermimpi itu biasanya orang yang males untuk bekerja keras. Orang yang hanya berharap sukses datang dengan sendirinya. Padahal sukses itu gak pernah datang dengan sendirinya. Inget kan kata bijak dari presiden pertama kita bapak Ir. Soekarno “Bermimpilah setinggi langit, jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang.”
Kalau hidup di tanah perantauan hanya untuk sekedar hidup, semua orang bisa, kera pun bisa. Tapi kalau hidup dengan impian yang jelas dan tindakan yang tegas, gak semua orang bisa demikian, apalagi kera. Ada jutaan orang yang mengadu nasib untuk mengejar impiannya di kota, tapi hanya segelintir orang yang berhasil mewujudkannya. Kenapa bisa, karena mereka berjuang tanpa mengenal lelah. Jadi, milikilah impian supaya bisa diwujudkan di tanah perantauan.

7.      Jangan Lupa Dari Mana Kamu Berasal


Ketika apa yang kamu harapkan satu persatu terwujud di tanah perantauan, jangan lupa tempat di mana kamu berasal. Ingatlah kampung halaman, ingatlah teman-teman, ingatlah keluarga. Kembalilah ketika sukses sudah kamu raih, tapi jangan kembali dengan kesombongan. Karena kesombongan gak bikin kamu bermartabat di mata orang-orang. Jangan lupa, bantu orang lain untuk sukses, karena sukses sendiri itu menyenangkan, tapi membantu orang lain menjadi sukses itu membahagiakan.


Yapz...! itu tadi segelintir tulisan dari Oblong kali ini. Bukan bermaksud untuk menggurui apalagi mengajari, tapi hanya sekedar berbagi pemikiran saja. Mau diambil silakan, dicuekin juga gak apa-apa asalkan jangan gak dianggep, karena gak dianggep itu bisa menyakitkan hati mantan. Sampai jumpa di tulisan berikutnya. Salam super, salam Jomblo senasib sepenanggungan. ;)

Leave a Reply